Hak Asasi
Pemimpin Dunia Berganda? Trump Dan Kisah Khashoggi Yang Tak Selesai
Pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018 masih meninggalkan tanda tanya besar apabila bekas Presiden AS Donald Trump secara terbuka mempertahankan Putera Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Sikap ini mencerminkan pola konsisten Trump dalam memilih untuk tidak mengutuk pelanggaran hak asasi yang dilakukan sekutu strategik AS.
Dalam satu kenyataan kontroversi, Trump menyebut hubungan perdagangan senjata bernilai billion dolar sebagai alasan untuk tidak mengenakan hukuman ke atas Riyadh. Sikap ini mengundang kritikan kerana seolah meletakkan keuntungan ekonomi di atas nilai kemanusiaan universal.
Lebih membimbangkan, rekod Trump menunjukkan kecenderungan serupa terhadap regim autoritarian lain seperti Korea Utara dan Rusia. Pola komunikasinya sering mengelak kritikan keras terhadap pelaku kekejaman jika negara terlibat mempunyai kepentingan geopolitik dengan Washington.
Ironinya, Trump begitu lantang mengutuk pelanggaran hak asasi di negara bukan sekutu seperti Palestin, sambil bersikap lunak terhadap sekutu kuat seperti Arab Saudi. Pendirian selektif ini mendedahkan hipokrasi dalam diplomasi hak asasi antarabangsa.
Kisah Khashoggi menjadi simbol betapa mudahnya prinsip moral dikorbankan demi kepentingan politik. Sikap dunia Barat yang bersikap pilih kasih dalam isu hak asasi hanya memperdalam krisis kredibiliti antarabangsa. Keadilan untuk Khashoggi dan ribuan mangsa lain tetap tertunda selagi realpolitik mengatasi suara kemanusiaan.